Senin, 22 April 2013

Contoh Kasus Penentuan Harga Permintaan dan Penawaran

BBM NAIK = BBM LANGKA = RAKYAT MENJERIT.


Di berbagai daerah di Indonesia saat ini, sudah mengalami kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah yang berencana akan menaikkan harga BBM dalam waktu yang dekat. Pemerintah menghimbau para aparat keamanan untuk memperketat pengawasan di setiap area SPBU agar tidak terjadinya kelangkaan BBM yang akan merugikan rakyat. Sudah banyak kasus yang ditemukan di berbagai daerah, bahwa BBM dijadikan objek untuk menguras keuntungan oleh berbagai pihak yang "nakal". Contohnya dari beberapa penjual BBM eceran yang menjual dengan harga tinggi. Ini tentu saja sangat mencekik rakyat kecil.

Menurut Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan, "Kenaikan BBM harus dilakukan pemerintah dan tidak ada pilihan lain karena defisit akan mengancam APBN kalau tidak dilakukan." Gubernur menjelaskan, subsidi BBM yang akan dilakukan pemerintah dengan prediksi Rp190 triliun, ternyata mengalami kenaikan hingga Rp300 triliun. "Sehingga apabila kenaikan BBM tidak dilakukan maka defisit akan melanda APBN kita," katanya.

Ia mengatakan masyarakat mesti memahami posisi pemerintah dalam mengambil kebijakan menaikkan harga BBM. Bila harga BBM tidak dinaikkan, negara dalam kondisi terancam akibat beban belanja APBN yang berat. "Meski akan ada demo, itu akan dipahami, tetapi bagaimanapun kenaikan BBM sudah melalui kajian sehingga harus dilaksanakan," katanya. Ia mengatakan kenaikan harga sembako dan tarif transportasi akan terjadi terkait dengan rencana kenaikan harga BBM oleh pemerintah. "Namun, demi penyelamatan bangsa, hal itu harus dilakukan," katanya.

KOMENTAR:
BBM tentu saja tidak akan dikorbankan untuk naik, jikalau pemerintah itu sendiri tidak membelanjakan uang APBN untuk hal-hal yang sangat tidak penting. Misalnya yang baru-baru ini terjadi, RENOVASI TOILET DI GEDUNG DPR. Yang kononnya menghabiskan uang ratusan juta. Sungguh miris. Seharusnya pemerintah lebih peka dengan rakyat, tidak egois dengan diri mereka sendiri.

Fakta terselubung di balik langkanya BBM.

Berdasarkan sebuah forum yang saya dapat, ada berbagai hal yang belum kita ketahui tentang di balik fakta langkanya BBM. Tentu saja fakta-fakta ini membuat kita miris karena pemerintah seolah-olah tidak mementingkan kesejahteraan rakyat dan tidak memperketat pengamanan pada BBM.

Tahukah kalian, kalau BBM bersifat volatil dan Pertamina menerapkan toleransi kehilangan BBM saat distribusi? Pertamina menerapkan toleransi 30% volume BBM yang hilang akibat penguapan. Sehingga minimal ada 70% yang berhasil di distribusi. Jika ada Kendaraan (tangker) yang membawa BBM kurang dari 70% dari volume awal sebelum distribusi, kendaraan itu akan diselidiki. Pada kenyataannya,sebagian besar kendaraan yang membawa BBM hanya berhasil membawa BBM sekitar 70%an dari volume awal. Sebenarnya kehilangan BBM hingga 30% itu tidak disebabkan oleh penguapan. Tetapi disebabkan oleh adanya BBM sengaja "diambil". Orang-orang pertamina tidak dapat mengetahui, kehilangan BBM sebesar itu disebabkan oleh penguapan atau gara-gara diambil orang. 

Lebih lagi, seringkali pertamina mendapatkan distributor yang bukan pertamina yang ingin ikut mendistribusikan BBM. Distribusi BBM oleh pihak lain ini, kebanyakan merupakan kapal tanker dengan kapasitas besar. Banyak orang yang menyewa kapal untuk dijadikan tanker minyak. Mereka ingin mengambil 30% dari BBM yang mereka distribusikan! Bayangkan jika satu kapal tanker memuat 1 juta liter BBM, satu pihak bisa mengambil 300 ribu liter secara gratis! BBM yang diambil itu kemana? Ya.. BBM tersebut bisa diselundupkan atau digunakan untuk diri sendiri. Itulah mengapa BBM langka. Distribusi BBM yang seharusnya berjalan 100%, hanya berhasil didistribusi sebanyak 70%. Hal ini berlangsung bertahun-tahun. 

Dan itulah mengapa distribusi BBM bermasalah sehingga BBM langka. Langka selain karena korupsi.
 
SUMBER:

Minggu, 07 April 2013

Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan atau pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya atau orang lain, agar bawahan atau orang lain tersebut mau melakukan apa yang diinginkan oleh pimpinan/pemimpin tersebut. Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan oleh pimpinan/pemimpin dalam mempengaruhi bawahan/orang lain, agar tercapai apa yang diinginkan.
 Menurut Blake dan Mouton, ada empat gaya kepemimpinan yang dikelompokkan sebagai gaya yang ekstrim, sedangkan lainnya hanya satu gaya yang dikatakan ditengah-tengah gaya ekstrims tersebut. Gaya kepemimpinan dalam managerial gris itu antara lain sebagai berikut:
  • Manager sedikit sekali usahanya untuk memikirkan orang-orang yang bekerja dengan dirinya, dan produksinya yang seharusnya dihasilkan oleh organisasinya. Dalam menjalankan tugas manager dalam gris ini menganggap dirinya sebagai perantara yang hanya mengkominikasikan informasi dari atasan lepada bawahan.
  • Manager mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk memikirkan baik produksinya maupun orang-orang yang bekerja dengannya. Dia mencoba merencanakan semua usaha-usahanya dengan senantiasa memikirkan dedikasinya pada produksi dan nasib orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Manager yang termasuk gris ini dapat dikatakan sebagai “manager tim” yang riel (the real team manager). Dia mampu untuk memadukan kebutuhan-kebutuhan produksi dengan kebutuhan=kebutuhan orang-orang di organisasinya.
  • Ini gaya kepemimpinan dari manager, ahíla mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk selalu memikirkan orang-orang yang bekerja dalam organisasinya. Tetapi pemikirannya mengenai produksi rendah. Manager semacam ini sering dinamakan pemimpin club (the Country club management), Manajer ini berusaha menciptakan suasana lingkungan yang semua orang bias bekerja rilek, bersahabat, dan bahagia bekerja dalam organisasinya. Dalam suasana seperti ini tidak ada satu orang pun yangmau memikirkan tentang usaha-usaha koordinasi guna mencapai tujuan organisasi.
  • Ini kadangkala manajer disebut sebagai manajer yang menjalankan tugas secara otokratis (autocratictask managers). Manager semacam ini hanya mau memikirkan tentang usaha peningkatan efisiensi pelaksanaan kerja, tidak mempunyai atau hanya sedikit rasa tanggung jawabnya pada orang-orang yang bekerja dalam organisasinya.dan lebih dari itu gaya kepemimpinannya lebih menonjolkan otokratisnya.
  • Dalam hal ini manager mempunyai pemikiran yang médium baik pada produksi maupun pada orang-orang. Dia berusaha mencoba menciptakan danmembina moral orang-orang yang bekerja dalam organisasi yang di pimpinnya, dan produksi dalam tingkat yang memadai, tidak terlampau mencolok. Dia tidak menciptakan target terlampau tinggi sehingga sulit dicapai, dan berbaik hati mendorong orang-orang untuk bekerja lebih baik.

    SUMBER:
    http://blackice89.blogspot.com/2007/12/5-gaya-kepemimpinan-robert-r-blake-dan.html
=================================================================
Berdasarkan teori mengenai kepemimpinan dan gaya kepemimpinan di atas, setiap orang pasti menginginkan pemimpin yang baik untuk mereka. Karena, tanpa pemimpin yang baik, maka organisasi atau usaha akan kacau balau dan terlantar. Oleh karena itu, tiap pemimpin harusnya memiliki sifat dan perilaku yang mencerminkan kepemimpinan. 

Pemimpin yang baik bukanlah pemimpin yang kerjanya hanya mengandalkan bawahannya saja, namun justru sebaliknya. Pemimpin yang baik adalah yang mampu menjadi andalan bagi bawahannya. Misalnya memberi contoh yang baik untuk bawahannya. Pemimpin juga harus selalu memantau situasi lapangan. Untuk mengetahui lingkungan kerja para bawahannya.  

Sifat-sifat gaya kepimpinan yang saya inginkan dari seorang manager atau atasan adalah:
  • Amanah dan Jujur:
  • Tegas
  • Terbuka
  • Adil
  • Peduli dengan bawahannya
  • Responsif
  • Mau menerima masukkan dari bawahannya ataupun dari orang lain(konsumen).
  • Inovatif
  • Kreatif
  • Supel
  • Tidak Individualis
  • Fleksibel
  • Sportif



Perilaku Produsen

Produsen adalah orang atau kelompok yang memproduksi barang yang nantinya akan dijual kepada konsumen. Selain konsumen, produsen juga memiliki perilaku-perilaku yang berbeda. Ada perilaku yang menguntungkan ada juga perilaku yang merugikan.
 
Perilaku yang menguntungkan 
  • Memiliki keahlian pengusaha, berperilaku profesional sehingga mampu menciptakan ha sil produksi yang sesuai dengan kebutuhan dan daya beli masyarakat 
  • Mampu meningkatkan produksi dengan menentukan komposisi faktor-faktor produksi yang dapat meminimumkan biaya.
  • Berusaha dan mampu memperoleh keuntungan maksimal yang digunakan antara lain untuk meningkatkan dan masyarakat di sekitar perusahaan.
  • Menggunakan keuntungan perusahaan untuk memperluas usaha. 
  • Patuh membayar pajak 
  • Mampu mengolah limbah perusahaan, sehingga tidak menimbulkan pencemaran.

Perilaku yang merugikan
  • Tidak memiliki keahlian pengusaha 
  •  Fungsi-fungsi pengusaha, seperti penerapan fungsi manajemen planning, organizing, actuating and controlling tidak efektif dan terjadi pemborosan.
  • Biaya produksi lebih besar dari hasil penjualan, sehingga perusahaan menderita kerugian
  • Pajak tidak dibayar
  • Perolehan kredit dari bank tidak digunakan untuk menyehatkan perusahaan, tetapi digunakan untuk kepentingan pribadi.
  • Limbah industri perusahaan mencemari sungai dan udara sekitarnya.
 
SUMBER:
http://blog-byrina.blogspot.com/2012/04/perilaku-produsen.html

PERILAKU KONSUMEN


PENGERTIAN PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”. Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.

1) Perilaku Konsumen
Konsumen adalah setiap pemakai atau pengguna barang atau jasa baik untuk kepentingan diri sendiri dan atau kepentingan orang lain. Namun secara sederhana dapat diartikan sebagai pengguna barang dan atau jasa. Untuk memahami mengenai perilaku konsumen yang dinyatakan pada hukum permintaan, digunakan dua pendekatan , yakni:

A. Pedekatan Marginal Utility (Kardinal)

Pendekatan kardinal didasarkan pada asumsi bahwa tingkat kepuasan yang diperoleh konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan tertentu seperti rupiah, jumlah, unit atau buah dan lain-lain.Semakin besar jumlah barang yang dapat dikonsumsi maka semakin tinggi tingkat kepuasannya.
Tingkat kepuasan konsumen terdiri dari dua konsep yaitu :
1) kepuasan total (total utility) adalah kepuasan menyeluruh yang diterima oleh individu dari mengkonsumsi sejumlah barang atau jasa.
2) kepuasan tambahan adalah perubahan total per-unit dengan adanya perubahan jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi.

Keseimbangan Konsumen
Kepuasan maksimum terjadi apabila alokasi pengeluaran pada komoditi-komoditi terjadi pada saat kepuasan setiap rupiah terakhir yang dikeluarkan adalah sama.

B. Pendekatan Indifference Curve (Ordinal)

Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu meranking/membuat urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut. Pendekatan ordinal digunakan dengan menggunakan analisis kurva indiferensi.
Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titik-titik kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Mengukur kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indiferensi didasarkan pada 4 (empat) asumsi, yakni :
a. Konsumen memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi.
b. Konsumen memiliki dana dalam jumlah tertentu.
c. Konsumen selalu berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum.
d. Semakin jauh dari titik origin, maka kepuasan konsumen semakin tinggi.

Karakteristik Kurva Indiferens
Kurva indiferensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri umum sebagai berikut:
1. Memiliki kemiringan yang negatif
Bila jumlah suatu barang dikurangi maka jumlah barang yang lain harus ditambah agar dapat memperoleh tingkat kepuasan yang sama.
2. Tidak dapat berpotongan
Perpotongan antara dua kurva indiferensi tidak mungkin terjadi.
3. Cembung terhadap titik origin

Tingkat Penggantian Marginal (Marginal Rate of Substitution/MRS)
Berapa gelas sirup yang harus dikorbankan untuk memperoleh tambahan 1 potong kue? Pertanyaan ini akan terjawab dengan mengukur tingkat penggantian marginal atau MRS.

Garis Anggaran (Budget Line)
Salah satu syarat yang dibutuhkan agar seorang konsumen dapat mengkonsumsi barang dan jasa adalah memiliki pendapatan untuk dibelanjakan. Daya beli seorang konsumen dalam melakukan permintaan terhadap barang dan jasa dipengaruhi oleh:
a) pendapatan yang dimiliki
b) harga barang yang diinginkan.

KONSEP ELASTISITAS

Terdapat tiga macam konsep elastisitas permintaan,yaitu:
a.Elastisitas Harga.
Elastisitas harga yaitu persentase perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang itu sebesar satu persen.

b.Elastisitas Silang.
Elastisitas silang yaitu(elastisitas harga silang) yaitu persentase jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang lain (barang yang mempunyai hubungan) sebesar satu persen.

c.Elastisitas Pendapatan.
Elastisitas pendapatan yaitu persentase perubahan jumlah barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan pendapatan riel konsumen sebesar satu persen.


Karakteristik konsumen Indonesia (pada umumnya)
Konsumen  Indonesia  ternyata  mempunyai  beberapa  ciri  khas  dan karakter  unik  yang  perlu  dicermati dibandingkan  dengan  konsumen  negara  di  Asia  lainnya  atau  Amerika  dan  Eropa.  Karakter  ini  perlu dipelajari untuk menyusun strategi pemasaran yang jitu agar mampu mendongkrak penjualan.  Dengan mengerti perilaku   konsumen   adalah   bagian   strategi   pemasaran   yang   efektif.   Chairman   Frontier Consulting Group Handi Irawan mengelompokkan karakter konsumen Indonesia menjadi 10 jenis
Handi mengatakan beberapa karakter diperkirakan akan terus menguat dalam beberapa tahun ke depan sehingga   bisa   digunakan   perencanaan   dengan   baik.   Karakter   yang   terus   menguat   adalah   suka berkumpul, suka buatan luar negeri, dan suka religi, serta suka pamer dan gengsi. Karakter yang  melemah  seiring  dengan  perkembangan  zaman  adalah,  memori  jangka  pendek,  tidak memiliki perencanaan, gaptek, kedaerahan dan kesadaran lingkungan
  • Karakter pertama, (short term perspective), konsumen Indonesia mempunyai memori jangka pendek. Sebagian besar konsumen ingin memperoleh hasil atau keuntungan yang singkat dari hasil pembelian produk atau jasa. Tengok  saja,  mana  yang  lebih  banyak  pasarnya  antara  produk  penambah  tenaga  dan  produk  vitamin untuk kesehatan. Bandingkan juga antara kredit sepeda motor dan tabungan pendidikan. Jelas, produk suplemen   penambah   tenaga   lebih   menguasai  pasar,   begitu   juga   kredit   sepeda   motor   yang   lebih mendominasi. “Karena  itu,  berikan pemahaman  kepada  konsumen mengenai keuntungan jangka  pendek atau cepat. Strateginya, gunakan hadiah langsung atau promo lainnya yang mudah dipahami konsumen,” ujar Handi pada seminar bertajuk 10 Karakter Unik Konsumen Indonesia, di Jakarta, belum lama ini.
  • Karakter Kedua, (dominated by unplanned behavior) umumnya konsumen Indonesia tidak memiliki perencanaan. Karakter ini berhubungan dengan  karakter pertama.  Konsumen  juga  kurang  menghargai  waktu  dan  memiliki  gaya  hidup  santai. Akibatnya, proses pembelian kurang efisien. Namun,  hal  ini bisa  dimanfaatkan dengan  menerapkan  strategi  produk atau  layanan  yang  mempunyai fleksibilitas  tinggi.  Artinya,  produk  itu  bisa  digunakan  alam  berbagai  situasi  multifungsi.  Agar  cepat tertuju kepada konsumen, gunakan display mencolok.

  • Karakter   Ketiga,   konsumen   Indonesia   suka   berkumpul,   baik   dengan   kolega,   relasi   kerja,   dengan keluarga,  maupun  dengan  teman  satu  komunitas.  Karakter  ini  merupakan  bagian  dari  budaya  bangsa Indonesia sejak lama sehingga akan bertahan hingga beberapa puluh tahun ke depan. Dalam   kondisi   ini,   biasanya   teman   dan   kolega   bisa   memengaruhi   konsumen   dalam   mengambil keputusan  pembelian.  Cara  yang  efektif,  tingkatkan  komunikasi  terhadap  kelompok atau  grup  tempat konsumen berkumpul. Bentuklah opini yang dapat memengaruhi kelompok itu. “Konsumen   akan   membeli   atau   menggunakan   produk   jasa   jika   teman-teman   juga   membeli.   Jadi kelompok dan komunitas itu harus diedukasi,” kata Handi.
  • Karakter keempat adalah gaptek alias gagap teknologi. Konsumen Indonesia lebih doyan menggunakan teknologi   yang   sederhana   dan   tidak   rumit.   Contohnya,   perkembangan   teknologi   informasi   dunia mendorong   munculnya    telepon    seluler    dengan    beragam   fasilitas    mulai   dari   GPRS,   3G   hingga teleconference. Namun apa yang terjadi? Masyarakat Indonesia tetap menggandrungi telepon dan pesan singkat (SMS) sebagai cara  komunikasi efektif. Pasar yang  menggunakan  teknologi simpel lebih gemuk dibandingkan dengan pasar yang selalu mengadopsi teknologi tinggi.Cara  pemasarannya,  buatlah  teknologi  untuk  tujuan  fun  atau  hiburan,  serta  teknologi  yang  mudah digunakan    dan   aman.   Dalam    kondisi    ini,   menjadi    pengikut   kesuksesan    produk    lain    bisa    jadi pertimbangan dalam menyusun strategi.
  • Karakter   Kelima,   konsumen   Indonesia   lebih   mengutamakan   konteks,   bukan   konten.   Konsumen Indonesia bukan masyarakat yang menyukai informasi bersifat analisis data atau perdebatan, melainkan hiburan. Tengok  saja  acara  talk  show  atau perdebatan  konflik  politik  dibandingkan  dengan  talk  show  bertema hiburan seperti Empat Mata-nya Tukul. Peringkat yang paling tinggi tentu acara yang kedua. Masyarakat tidak  mau  menggunakan  banyak otak  saat menonton  atau  baca  koran. Masyarakat masih menjadikan televisi sebagai media hiburan, dan bukan informasi. Jadi, strategi pemasaran untuk konsumen ini adalah, membuat produk dengan kemasan dan desain yang menarik atau display yang mencolok, berikan pesan-pesan yang langsung dipahami konsumen.


  • Karakter  keenam,  fanatik  terhadap  produk  buatan  luar  negeri.  Rasa  nasionalisme  bangsa  Indonesia relatif  lebih  rendah dibandingkan dengan bangsa  Korsel atau  Jerman  yang  menghargai produk  sendiri. Masyarakat  kurang  menghargai  produk  asli  buatan  lokal  karena  kualitasnya  sulit  bersaing  dengan produk asing. Ada  beberapa  cara  untuk  mengakali  konsumen  dengan   karakter  seperti  ini.  Pertama,buat  produk dengan simbol-simbol asing seperti membubuhkan tulisan made in dalam label produk. “Namun jangan bohongi  dan  menipu  konsumen,”  kata  Handi.  Cara  lainnya,  membuat produk dengan  harga  premium, atau beraliansi dengan merek global.
  • Karakter ketujuh ,yaitu konsumen religius dan suka supranatural. Pasar bank syariah di Indonesia dalam tiga  tahun  terakhir  terus  naik  signifikan.  Pada  dasarnya  bangsa  Indonesia  itu  manusia  yang  baik  dan tidak suka mengolok-olok sehingga pasar ini tumbuh. Strategi untuk konsumen ini adalah bisa bergabung dengan asosiasi keagamaan, atau memberikan label religi  seperti  mendaftarkan  kehalalan  produk.  Cara  terakhir,  meluncurkan  produk  baru  untuk  segmen ini, karena potensi pasar religi ke depannya akan terus berkembang.
  • Karakter kedelapan, adalah pamer dan  gengsi,  ini  berkaitan  dengan  karakter  konsumen  yang  banyak menyukai produk asing. Kondisi ini didorong oleh masih adanya budaya feodal dan apresiasi berlebihan di tengah masyarakat. Strateginya  adalah,  ciptakan  produk  dengan  edisi  terbatas,  atau  produk eksklusif.  Bisa  juga  dengan memberikan layanan personal secara khusus.
  • Karakter  kesembilan,  adalah  kekuatan  subkultur  atau  budaya.  Di  beberapa  daerah  pengaruh  budaya lokal   masih   kuat.   Cara   pemasaran   untuk   konsumen    seperti   ini   dengan   memberikan    sentuhan kedaerahan,  baik  dalam  promo  produk  maupun  layanan.  Untuk  distribusi,  bisa  juga  menggandeng distributor lokal yang lebih memahami karakter daerah setempat.
  • Karakter kesepuluh  yaitu  rendahnya  kesadaran  terhadap  lingkungan.  Strateginya,  posisikan  konsep  ramah lingkungan  hanya  pada  level  perusahaan  bukan  lebel  produk  di  tingkat  konsumen.  Terapkan  produk ramah lingkungan untuk keperluan ekspor dan pasar luar negeri saja.Namun, karakter ini dalam beberapa tahun ke depan akan berubah seiring dengan maraknya kampanye kesadaran lingkungan dan pemanasan global sehingga harus diantisipasi. 
Faktor-faktor yang paling mempengaruhi perilaku konsumen Indonesia
Dalam buku Marketing Management: Twelfth Edition oleh Philip Kolter dan Kevin Lane Keller pada tahun 2006, perilaku pembelian konsumen sebenarnya di pengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Sedangkan faktor yang paling berpengaruh dan paling luas dan paling dalam adalah faktor budaya.
  • Faktor budaya 
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku pembentuk paling dasar. Anak-anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya.
Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, suku, agama, ras, kelompok bagi para anggotanya. Ketika sub-budaya menjadi besar dan cukup makmur, perusahaan akan sering merancang program pemasaran yang cermat disana.
  • Faktor social

Selain faktor budaya, perilaku konsumen di pengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, peran, dan status sosial. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut.
Keluarga meruapkan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Peran dan status sosial seseorang menunjukkan kedudukan orang itu setiap kelompok sosial yang ia tempati. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing-masing peran menghasilkan status.
Contoh, seorang yang memiliki peran sebagai manajer dan status yang lebih tinggi dari pegawai kantor, dimana ia juga memiliki banyak keluarga dan anak, tentu ia akan tertarik dengan produk mobil dari Toyota, karena ada kesesuaian antara kebutuhan dan keunggulan Toyota sebagai mobil keluarga ideal terbaik Indonesia, ia bahkan juga bisa membeli pakaian mahal dan juga keluarganya, membeli rumah besar untuk keluarganya dan lain-lain.
  • Faktor pribadi

Keputusan membeli juga di pengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, juga nilai dan gaya hidup pembeli.
  • Psikologi

Titik awal untuk memahami perilaku konsumen adalah adanya rangsangan pemasaran luar seperti ekonomi, teknologi, politik, budaya. Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental, mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran

SUMBER:

http://ips-mrwindu.blogspot.com/2012/02/perilaku-konsumen-dan-produsen.html
http://ulfahupay.blogspot.com/2012/10/perilaku-konsumen.html
http://iin15.blogspot.com/2013/01/perilaku-konsumen.html